profiel garuda indonesia
Tim nasional sepak bola Indonesia
Pencetak gol terbanyak | Bambang Pamungkas (36) | ||
---|---|---|---|
Kode FIFA | IDN | ||
Peringkat FIFA | 131 (24 Agustus 2011) | ||
Peringkat FIFA tertinggi | 76 (September 1998) | ||
Peringkat FIFA terendah | 153 (Desember 1995, Desember 2006 dan Juli 2008) | ||
Peringkat Elo | 131 | ||
Peringkat Elo tertinggi | 35 (November 1969) | ||
Peringkat Elo terendah | 155 (4 Desember 1995) | ||
| |||
Pertandingan internasional pertama | |||
Hindia-Belanda 1–0 Singapura (Batavia, Hindia Belanda; 28 Maret 1921)[1] India 3-0 Indonesia (New Delhi, India; 4 Maret 1951)[2] | |||
Kemenangan terbesar | |||
Indonesia 13–1 Filipina (Jakarta, Indonesia; 23 Desember 2002) | |||
Kekalahan terbesar | |||
Denmark 9–0 Indonesia (Kopenhagen, Denmark; 3 September 1974) | |||
Piala Dunia | |||
Penampilan | 1 (pertama kali pada 1938) | ||
Hasil terbaik | Babak 1 (1938, sebagai Hindia-Belanda) | ||
Piala Asia | |||
Penampilan | 4 (pertama kali pada 1996) | ||
Hasil terbaik | Babak 1 (1996, 2000, 2004, 2007) |
Tim nasional sepak bola Indonesia pernah memiliki kebanggaan tersendiri, menjadi tim Asia pertama yang berpartisipasi di Piala Dunia FIFA pada tahun 1938. Saat itu mereka masih membawa nama Hindia Belanda dan kalah 6-0 dari Hongaria, yang hingga kini menjadi satu-satunya pertandingan mereka di turnamen final Piala Dunia. Ironisnya, Indonesia memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak dan memiliki masyarakat dengan minat yang sangat tinggi terhadap olahraga sepak bola, menjadikan sepak bola olahraga terpopuler di Indonesia (selain bulu tangkis), namun Indonesia tidaklah termasuk jajaran tim-tim kuat di Konfederasi Sepak bola Asia.
Sejarah
Pada tahun 1930-an, di Indonesia berdiri tiga organisasi sepak bola berdasarkan suku bangsa, yaitu Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB)yang lalu berganti nama menjadi Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU) di tahun 1936 milik bangsa Belanda, Hwa Nan Voetbal Bond (HNVB) milik seseorang yang berketurunan Tionghoa, dan Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia milik bumiputra. Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB) sebuah organisasi sepak bola orang-orang Belanda di Hindia Belanda menaruh hormat kepada PSSI lantaran SIVB yang memakai bintang-bintang dari NIVB kalah dengan skor 2-1 melawan VIJ.
NIVU yang semula memandang sebelah mata PSSI akhirnya mengajak bekerjasama. Kerjasama tersebut ditandai dengan penandatanganan Gentlemen’s Agreement pada 15 Januari 1937. Pascapersetujuan perjanjian ini, berarti secara de facto dan de jure Belanda mengakui PSSI. Perjanjian itu juga menegaskan bahwa PSSI dan NIVU menjadi pucuk organisasi sepak bola di Hindia Belanda. Salah satu butir di dalam perjanjian itu juga berisi soal tim untuk dikirim ke Piala Dunia, dimana dilakukan pertandingan antara tim bentukan NIVU melawan tim bentukan PSSI sebelum diberangkatkan ke Piala Dunia (semacam seleksi tim). Tapi NIVU melanggar perjanjian dan memberangkatkan tim bentukannya. NIVU melakukan hal tersebut karena tak mau kehilangan muka, sebab PSSI pada masa itu memiliki tim yang kuat. Dalam pertandingan internasional, PSSI membuktikannya. Pada 7 Agustus 1937 tim yang beranggotakan, di antaranya Maladi, Djawad, Moestaram, Sardjan, berhasil menahan imbang 2-2 tim Nan Hwa dari Cina di Gelanggang Union, Semarang. Padahal Nan Hwa pernah menyikat kesebelasan Belanda dengan skor 4-0. Dari sini kedigdayaan tim PSSI mulai kesohor.
Atas tindakan sepihak dari NIVU ini, Soeratin, ketua PSSI yang juga aktivis gerakan nasionalisme Indonesia,sangat geram. Ia menolak memakai nama NIVU. Alasannnya, kalau NIVU diberikan hak, maka komposisi materi pemain akan dipenuhi orang-orang Belanda. Tapi FIFA mengakui NIVU sebagai perwakilan dari Hindia Belanda. Akhirnya PSSI membatalkan secara sepihak perjanjian Gentlemen’s Agreement saat Kongres di Solo pada 1938.
Maka sejarah mencatat mereka yang berangkat ke Piala Dunia Perancis 1938 mayoritas orang Belanda. Mereka yang terpilih untuk berlaga di Perancis, yaitu Bing Mo Heng (kiper), Herman Zommers, Franz Meeng, Isaac Pattiwael, Frans Pede Hukom, Hans Taihattu, Pan Hong Tjien, Jack Sammuels, Suwarte Soedermadji, Anwar Sutan, dan Achmad Nawir (kapten). Mereka diasuh oleh pelatih sekaligus ketua NIVU, Johannes Mastenbroek. Mo Heng, Nawir, Soedarmadji adalah pemain-pemain pribumi yang berhasil memperkuat kesebelasan Hindia Belanda, tetapi bertanding di bawah bendera kerajaan Nederland. [3]
Dunia FIFA
Indonesia pada tahun 1938 (di masa penjajahan Belanda) sempat lolos dan ikut bertanding di Piala Dunia 1938. Waktu itu Tim Indonesia di bawah nama Dutch East Indies (Hindia Belanda), peserta dari Asia yang pertama kali lolos ke Piala Dunia. Indonesia tampil mewakili zona Asia di kualifikasi grup 12. Grup kualifikasi Asia untuk Piala Dunia 1938 hanya terdiri dari 2 negara, Indonesia (Hindia Belanda) dan Jepang karena saat itu dunia sepak bola Asia memang hampir tidak ada. Namun, Indonesia akhirnya lolos ke final Piala Dunia 1938 tanpa harus menyepak bola setelah Jepang mundur dari babak kualifikasi karena sedang berperang dengan Cina.
Pertandingan melawan Hongaria
Pada 5 Juni 1938, sejarah mencatat pembantaian tim Hungaria terhadap Hindia Belanda. Mereka bermain di Stadion Velodrome Municipale, Reims, Perancis. Sekitar 10.000 penonton hadir menyaksikan pertandingan ini. Sebelum bertanding, para pemain mendengarkan lagu kebangsaan masing-masing. Kesebelasan Hindia Belanda mendengarkan lagu kebangsaan Belanda Het Wilhelmus. Karena perbedaan tinggi tubuh yang begitu mencolok, walikota Reims menyebutnya, "saya seperti melihat 22 atlet Hungaria dikerubungi oleh 11 kurcaci."
Meski strategi tak bisa dibilang buruk, tapi Tim Hindia Belanda tak dapat berbuat banyak. Pada menit ke-13, jala di gawang Mo Heng bergetar oleh tembakan penyerang Hongaria Vilmos Kohut. Lalu hujan gol berlangsung di menit ke-15, 28, dan 35. Babak pertama berakhir 4-0. Nasib Tim Hindia Belanda tamat pada babak kedua, dengan skor akhir 0-6. Pada saat itu Piala Dunia memakai sistem knock-out.
Meskipun kalah telak, surat kabar dalam negeri, Sin Po, memberikan apresiasinya pada terbitan mereka, edisi 7 Juni 1938 dengan menampilkan headline: "Indonesia-Hongarije 0-6, Kalah Sasoedahnja Kasi Perlawanan Gagah".[4]
Setelah penampilan perdana itu, Indonesia tidak pernah lagi masuk babak pertama Piala Dunia FIFA, dengan hasil paling memuaskan adalah Sub Grup III Kualifikasi Piala Dunia FIFA 1986. Ketika itu Indonesia hampir lolos ke Piala Dunia 1986 tetapi Indonesia kalah di partai final kualifikasi melawan Korea Selatan dengan agregat 1-6.
Piala Asia
Di kancah Piala Asia Indonesia pertama kali tampil di putaran final pada tahun 1996 di Uni Emirat Arab (UAE). Indonesia berhasil membuat kejutan di pertandingan pertama dengan berhasil menahan imbang Kuwait 2-2, tetapi akhirnya tersingkir di penyisihan grup setelah kalah 2-4 dari Korea Selatan dan kalah 0-2 dari tuan rumah UAE. Indonesia meraih kemenangan pertama pada tahun 2004 di China setelah menaklukkan Qatar 2-1. Yang kedua diraih ketika mengalahkan Bahrain dengan skor yang sama tahun 2007, saat menjadi tuan rumah turnamen bersama Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
Piala AFF
Di kancah Asia Tenggara sekalipun, Indonesia belum pernah berhasil menjadi juara Piala AFF (dulu disebut Piala Tiger) dan hanya menjadi salah satu tim unggulan. Prestasi tertinggi Indonesia hanyalah tempat kedua di tahun 2000, 2002, dan 2004, dan 2010 (dan menjadikan Indonesia negara terbanyak peraih runner-up dari seluruh negara peserta Piala AFF). Di ajang SEA Games pun Indonesia jarang meraih medali emas, yang terakhir diraih tahun 1991.
Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2014
Dan saat ini, Indonesia berhasil menembus Babak Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2014 Zona Asia setelah mengalahkan Turkmenistan dengan agregat 5-4. Babak Ketiga ini Indonesia berada di Grup E bersama dengan Iran, Bahrain, dan Qatar. Pada pertandingan pertama, Indonesia harus mengakui keunggulan Iran dengan kekalahan 3-0 di Teheran,Iran. Hal ini membuat Indonesia berada pada posisi juru kunci. Pada pertandingan kedua, Indonesia akan menjamu Bahrain di Jakarta 6 September nanti.
Kostum
Kostum tim nasional Indonesia tidak hanya merah-putih sebab ada juga putih-putih, biru-putih, dan hijau-putih. Menurut Bob Hippy, yang ikut memperkuat timnas sejak tahun 1962 hingga 1974, kostum Indonesia dengan warna selain merah-putih itu muncul ketika PSSI mempersiapkan dua tim untuk Asian Games IV-1962, Jakarta.
Saat itu ada dua tim yang diasuh pelatih asal Yugoslavia, Toni Pogacnic, yakni PSSI Banteng dan PSSI Garuda. Yang Banteng, yang terdiri dari pemain senior saat itu, seperti M. Zaelan, Djamiat Dalhar, dan Tan Liong Houw, selain menggunakan kostum merah-putih juga punya kostum hijau-putih. Sedangkan tim Garuda, yang antara lain diperkuat Omo, Anjik Ali Nurdin, dan Ipong Silalahi juga dilengkapi kostum biru-putih. Tetapi, setelah terungkap kasus suap yang dikenal dengan "Skandal Senayan", sebelum Asian Games IV-1962, pengurus PSSI hanya membuat satu timnas. Itu sebabnya, di Asian Games IV-1962, PSSI sama sekali tidak mampu berbuat apa-apa karena kemudian kedua tim itu dirombak. Selanjutnya digunakan tim campuran di Asian Games.
Mulyadi (Fan Tek Fong), asisten pelatih klub UMS, yang memperkuat timnas mulai tahun 1964 hingga 1972, menjelaskan bahwa setelah dari era Asian Games, sepanjang perjalanan timnas hingga tahun 1970-an, PSSI hanya mengenal kostum merah-putih dan putih-putih. Begitu juga ketika timnas melakukan perjalanan untuk bertanding di sejumlah negara di Eropa pada tahun 1965. Saat itu setiap kali bermain, tim nasional hanya menggunakan merah-putih dan putih-putih dengan gambar Garuda yang besar di bagian dada hingga ke perut. Seragam hijau-putih kembali digunakan saat mempersiapkan kesebelasan pra-Olimpiade 1976, dan kemudian digunakan pada arena SEA Games XI-1981 Manila. "Begitu juga ketika Indonesia bermain di Thailand, di mana saat itu Indonesia menjadi runner-up Kings Cup 1981," kata Ronny Pattinasarani yang memperkuat PSSI tahun 1970-1985.
Di Piala Asia 2007 yang digelar mulai 8 Juli hingga Minggu 29 Juli, Nike juga telah mendesain kostum tim nasional Indonesia, tetapi kali ini bukan hijau-putih, melainkan putih-hijau. Tentu tetap dengan detail yang sama, seperti Garuda yang selalu bertengger di dada.
Dan pada kostum Timnas Indonesia terakhir yang dibuat Nike pada 2010 untuk Piala Suzuki AFF 2010, motif baru kembali diperkenalkan. Pada kostum ini, terdapat Burung Garuda besar yang membentang hampir di seluruh bagian depan kostum yang tidak berwarna tetapi memiliki garis-garis yang memiliki warna hitam cenderung abu-abu. Sementara pada kostum kedua yang berwarna Putih-Hijau, terdapat motif yang sama, tetapi garis-garis pada burung Garuda berwarna abu-abu muda.
Rekor turnamen
Rekor penampilan di Piala Dunia FIFA
Rekor penampilan di Piala Asia AFC
|
Rekor penampilan di Kejuaraan Sepak Bola ASEAN
Kompetisi ini dulu dikenal sebagai Tiger Cup
|
Daftar Pemain Dalam Proses Naturalisasi
Nama | Tanggal Lahir (Umur) | Klub | Penampilan (Gol)2 |
---|
Pemain Terkenal
- Abdul Kadir
- Achmad Nawir
- Aji Santoso
- Anang Ma'ruf
- Anjas Asmara
- Ansyari Lubis
- Atep
- Alexander Pulalo
- Bambang Nurdiansyah
- Bambang Pamungkas
- Bima Sakti Tukiman
- Boaz Salossa
- Budi Sudarsono
- Charis Yulianto
- Christian Gonzales
- Cris Yarangga
- Eduard Ivakdalam
- Elie Eboy
- Eka Ramdani
- Firman Utina
- Fachry Husaini
- Hendro Kartiko
- Herry Kiswanto
- Hermansyah
- Hamka Hamzah
- Irfan Bachdim
- Ismed Sofyan
- Iswadi Idris
- Ilham Jaya Kesuma
- Jendri Pitoy
- Kurniawan Dwi Yulianto
- Lukman Santoso
- Maman Abdurrahman
- Marzuki Nyakmad
- Max Timisela
- Muhammad Ilham
- Muhammad Nasuha
- Muhammad Ridwan
- Mulyadi
- Oktovianus Maniani
- Ponaryo Astaman
- Ponirin Mekka
- Ricky Yacob
- Risdianto
- Robby Darwis
- Roni Wabia
- Ronny Pattinasarani
- Rully Nere
- Sain Irmis
- Soetjipto Soentoro
- Sugiantoro
- Syamsul Bachri Chaeruddin
- Syamsir Alam
- Tan Liong Houw
- Widodo Cahyono Putro
- Yacob Sihasale
- Yongki Ariwibowo
- M. Mardhi Nugroho
- Ramang
- Javier Van Dana
- Ronny Paslah
- Johannes Auri
- Zulkarnaen Lubis
- Zaenal Arief
- Dani Sapta Kurniawan
- Benny Dolo
Penampilan Terbanyak
# | Pemain | Karir | Caps | Gol |
---|---|---|---|---|
1 | Bambang Pamungkas | 1999–sekarang | 77 | 36 |
2 | Ponaryo Astaman | 2003–2010 | 61 | 2 |
3 | Kurniawan Dwi Yulianto | 1995–2005 | 60 | 31 |
4 | Hendro Kartiko | 1996–2007 | 57 | 0 |
5 | Bima Sakti | 1995–2001 | 56 | 11 |
6 | Widodo C Putro | 1991–1999 | 55 | 15 |
7 | Robby Darwis | 1987–1997 | 53 | 6 |
8 | Ismed Sofyan | 2000-2009 | 53 | 3 |
9 | Agung Setyabudi | 1993–2004 | 52 | 1 |
10 | Nuralim | 1996–2003 | 51 | 0 |
* Bambang Pamungkas caps (gol) 88 (42) termasuk pertandingan non-FIFA (etc. melawan Klub dan Timnas U-23).
Topscorer
# | Nama | Karir | Gol (caps) | Avg/Game |
---|---|---|---|---|
1 | Bambang Pamungkas | 1999–sekarang | 36 (77) | 0.47 |
2 | Kurniawan Dwi Yulianto | 1995–2005 | 31 (60) | 0.52 |
3 | Rochy Putiray | 1991–2004 | 17 (41) | 0.41 |
4 | Budi Sudarsono | 2001–2009 | 16 (46) | 0.35 |
5 | Widodo C. Putro | 1991–1999 | 15 (55) | 0.27 |
6 | Fachry Husaini | 1988–1997 | 13 (42) | 0.31 |
= | Uston Nawawi | 1997–2004 | 13 (43) | 0.30 |
= | Ilham Jayakesuma | 2004–2007 | 13 (18) | 0.72 |
9 | Zaenal Arif | 2002–2007 | 12 (22) | 0.55 |
10 | Bima Sakti | 1995–2001 | 11 (56) | 0.2 |
* Bambang Pamungkas caps (gol) 88 (42) termasuk pertandingan non-FIFA (etc. melawan Klub dan Timnas U-23).
Kapten
Pemain | Periode |
---|---|
Soetjipto Soentoro | 1960an-1970an |
Iswadi Idris | 1970an-1980 |
Ronny Pattinasarany | 1980-1985 |
Herry Kiswanto | 1985–1987 |
Ricky Yacobi | 1987–1990 |
Ferril Raymond Hattu | 1991–1992 |
Robby Darwis | 1993–1995 |
Sudirman | 1996 |
Robby Darwis | 1997 |
Aji Santoso | 1998–2000 |
Bima Sakti | 2001 |
Agung Setyabudi | 2002-2004 |
Ponaryo Astaman | 2004-2008 |
Charis Yulianto | 2008–2010 |
Firman Utina | 2010–2011 |
Bambang Pamungkas | 2011–sekarang |
Rekor Turnamen
- Partisipasi Terbanyak di Piala Asia: Hendro Kartiko (1996, 2000, 2004), Ismed Sofyan & Bambang Pamungkas (2000, 2004, 2007)
- Penampilan Terbanyak di Piala Asia: Hendro Kartiko (8)
- Partisipasi Terbanyak di Piala AFF: Hendro Kartiko (1998, 2000, 2002, 2004, 2007)
- Penampilan Terbanyak di Piala AFF: Kurniawan Dwi Julianto, Hendro Kartiko, Bambang Pamungkas (21)
- Gol Terbanyak di Piala AFF: Kurniawan Dwi Julianto (13)
Ditulis oleh Redo
Rating Blog 5 dari 5